SumatraTimes.co.id – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas (SKK Migas) melaporkan masih terdapat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang produksi migasnya tidak mencapai target APBN sepanjang paruh pertama tahun ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, dari 15 KKKS besar nasional, 9 diantaranya tidak mencapai target produksi minyak yang tercantum dalam APBN. Di mana, 5 di antaranya merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero).
“Yaitu Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi Oses, Medco Natuna, Petronas Carigal, Pertamina Hulu Kalimantan Timur, BOB Bumi Siak Pako dan Pertamina Hulu Energi, Medco Rimau, JOB Pertamina Medco Tomori, dan Conocophillips, ini adalah untuk minyak,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (17/7/2020).
Sementara itu, untuk produksi gas, tercatat dari 15 KKKS besar, 13 diantaranya tidak mencapai target produksi APBN. Dari 13 KKKS tersebut, 5 diantaranya merupakan anak usaha Pertamina.
Dwi memastikan, pihaknya sudah memberikan surat peringatan kepada seluruh KKKS yang realisasi produksinya tidak mencapai target.
“Untuk KKKS yang rapornya merah, itu setiap bulan kita review dan kemudian yang rapor merah kita kirimi surat, kita kirimi surat cinta kepada yang merah-merah,” ujarnya.
Lebih lanjut, mantan Direktur Utama Pertamina itu menyebutkan, pihaknya sudah meminta keterangan terkait penyebab melesetnya target produksi migas.
Tidak suksesnya kegiatan pengeboran atau drilling disebut sebagai salah satu alasan utama melesetnya produksi migas KKKS.
“Misal dari grup Pertamina, Pertamina EP untuk gas karena low demand gas dan poduksi kondesat akibat 2020 tadi, ini yang posisinya saat ini juga termasuk di Donggi Matindok, serta adanya keajadian CPP Gundih yang terbakar,” kata dia.
Hampir serupa dengan Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi Jambi Merang juga mengaku mengalami penurunan penyerapan gas, akibat menurunnya permintaan PGN Batam dan PGN SSWJ.
“Untuk yang BOB dengan Pertamina Hulu ini ada 12 sumur direncakana onstream di akhir 2019, tapi tidak terlaksana. Juga produksi sumur tidak sesuai ekspektasi, adanya unplanned shutdown sebagainya. Mostly seperti itu,” ucap Dwi.***
Sumber: kompas.com
Editor: amran