Berdasarkan Data dan Investigasi lapangan, Kebijakan Pembersihan Etnis Muslim Rohingya telah terbukti. Kini ada upaya hukum dari berbagai Pengacara Aktivis untuk membawa para penjahat ke Pengadilan Internasional. Berikut Catatan Harian Muslim Rohingya yang dibuat oleh Yvonne Ridle, seorang penulis dan aktivis Internasional, diterjemahkan oleh Asmara Hadi Usman
Sumatratimes.com. WELL, akhirnya Presiden Donald Trump dan saya telah menemukan beberapa kesamaan ! POTUS baru saja menjatuhkan sanksi kepada seorang jenderal Myanmar yang dituduh memimpin kampanye pembersihan etnis terhadap orang-orang Rohingya.
Saya bersorak-sorai mendengar kabar tersebut dari bungker saya di Cox’s Bizar dimana saya menghabiskan beberapa hari untuk berbicara dengan pengungsi yang terjebak di sebuah kota tenda plastik dan bambu di perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Saya tahu perjalanan ini sangat emosional, tapi sampai Anda duduk bersama beberapa pengungsi Rohingya dan berbicara tentang “penerbangan” mereka dari penganiayaan dan tirani, sulit membayangkan perjalanan yang sangat mengerikan dalam sisi gelap kehidupan ini.
Hari ini saya diberi pandangan sekilas tentang ketidakmanusiawian manusia terhadap manusia lain, sebuah gambaran lingkaran kekerasan dunia setan, kebrutalan dan kekejaman – dialami oleh orang-orang yang menjadi sasaran. Tidak ada alasan lain mengapa Rohingya diperlakukan secara biadab, keculi hanya satu – keyakinan mereka terhadap Islam. Saksi demi saksi membawa saya kembali ke bulan Agustus tahun 2017 ketika Monster of Myanmar melepaskan neraka hidup di atas beberapa orang paling lembut di bumi.
Mata terbebani air mata saat wanita dan pria Rohingya yang rapuh menceritakan perjalanan mimpi buruk mereka. Air mata datang dari orang-orang yang menceritakan kisah mereka, juga mereka yang mendengarkan dan menerjemahkan cerita mereka untuk satu hari nanti digunakan di Pengadilan.
Anda bisa membayangkan kegembiraan saya saat mendengar Jenderal Maung Maung Soe telah masuk daftar hitam AS karena tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi.
Militer Myanmar mengatakan pihaknya hanya memerangi militan Rohingya dan menyangkal menargetkan warga sipil. Tapi setelah mendengarkan cerita tentang pemerkosaan, pembunuhan dan kebrutalan yang merela alami, saya menghimbau para pembelot pemimpin militer dan mengundang mereka untuk datang dan menuntut saya di pengadilan yang mereka pilih. Kita bisa bertukar writs!, mengapa mereka menuntut saya dengan tuduhan pencemaran nama baik. Mungkin saya bisa memberikan makalah tentang mereka, mengutip sejumlah nilai dan sejumlah kejahatan perang.
PBB sendiri menggambarkan serangan militer di Rakhine sebagai “contoh buku teks tentang pembersihan etnis” namun perlu dilakukan penelitian lebih jauh.
Hari ini telah menyiksa saya dan besok akan menjadi lebih buruk saat saya terus bekerja dengan tim pengacara wanita dari Afrika Selatan yang pergi ke Bangladesh untuk mempelopori misi hukum yang melanggar hukum dengan tujuan membawa para penjahat perang ke pengadilan.
Semua orang, mulai dari Shaida Mahomed, seorang advokat pengadilan tinggi Republik Afrika Selatan, Tasneem Fredericks, (pengacara dan notaris), advokat hak asasi manusia, Shabnam Mayet, semua bertekad untuk memberikan keadilan kepada ratusan ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di sana – diperbatasan dekat Myanmar.
Lembaga unik ini bertujuan “membawa mereka yang telah melakukan kejahatan perang dan genosida terhadap komunitas minoritas Muslim ke pengadilan Interasional”. Pengacara Shabnam Mayet, yang sejak awal mengatur kampanye Melindungi Rohingya beberapa tahun yang lalu, tidak gentar oleh fakta bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa masih lamban bertindak melawan genosida orang Rohingya. Dia sama-sama bertekad untuk melanjutkannya, menjalin berbagai bangunan penting yang dibutuhkan untuk mempersiapkan sebuah kasus melawan mereka yang dicurigai melakukan kejahatan perang.
Sejak hari pertama, semua aktivis tim hukum perempuan telah berada di kamp-kamp tersebut untuk mengambil keterangan saksi dari pagi sampai sore sebelum kembali ke hotel – menyiapkan surat-surat wasiat atas nama korban. Ini prosedur yang sangat lamban dan melelahkan. Tetapi jika keadilan harus ditegakkan, data-data ini disampaikan terlebih dahulu sebelum diajukan pada mereka yang dicurigai melakukan kekejaman.
Skala penganiayaan dan pembersihan etnis sungguh menakjubkan dan ceritanya sangat mengerikan – menyakitkan bagi beberapa orang untuk menelusuri kembali langkah mereka. Namun catatan saksi mata dan detail grafis mereka dibutuhkan untuk mengejar para penjahat melalui pengadilan.
Idealnya mereka yang dicurigai melakukan kejahatan perang harus diadili di Pengadilan Pidana Internasional, namun sampai PBB menemukan tulang punggung kolektif siapa yang harus bertanggung jawab, Mayet dan teman-teman hukumnya tidak siap untuk berdiri dan menunggu terlalu lama.
Ada beberapa pilihan legal yang terbuka bagi Mayet yang yakin bahwa pengacara lain di seluruh dunia akan bergabung untuk
menyulitkan Monster Myanmar berpergian keluar negeri tanpa takut ditangkap dan dituntut.
“Pernyataan Saksi penting karena merupakan langkah awal untuk meluncurkan proses hukum,” kata Mayet dari Johannesburg.
Kegiatan Salaamedia Foundation dengan Protect the Rohingya dan International Relief Organization (IRO) nampaknya merupakan inisiatif pertama di lapangan dan di kamp-kamp pengungsian saat ini. Namun jika ada firma hukum yang ingin bergabung dengan tim hukum atau pengacara AS, silahkan menghubungi Shabzym@gmail.com (A-R-T-1)