BANDUNG – Sesungguhnya semua manusia itu hidup di tengah lingkungan yang penuh ketidak pastian, baik ketidak pastian alam, non alam, maupun sosial.
Ketidakpastian menghasilkan segala kemungkinan bisa terjadi akan hal – hal yang tidak terprediksi, bisa berupa bencana seperti erupsi gunung berapi, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran dan sebagainya.
Setiap jenis musibah di atas bisa datang dalam waktu yang tidak bisa diprediksi. Dengan demikian sangat diperlukan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi berbagai kemungkinan adanya bencana yang tidak terprediksi tersebut.
Terkait hal ini media mewawancarai Ketua Umum Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (GENPPARI) Dede Farhan Aulawi, sesaat setelah selesai menjadi nara sumber pelatihan Mitigasi dan Manajemen Bencana di RUMPPI Bandung, Sabtu (10/8/2019).
Pada kesempatan ini Dede memberi penjelasan terkait pentingnya membekali masyarakat dengan pengetahuan dan wawasan kebencanaan. Seperti diketahui bahwa Indonesia berada pada posisi yang memungkinkan terjadinya banyak bencana yang beragam.
Oleh karena perlu langkah – langkah antisipatif sebelum terjadinya peristiwa yang tentu sangat tidak diharapkan. Bayangkan saja di musim kemarau banyak daerah yang terdampak kekeringan dan kebakaran.
“Sementara saat musim penghujan banyak banjir dan longsor. Belum lagi ancaman gempa, tsunami, likuifaksi, epidemi penyakit, dan lain – lain. Apa lagi pelatihan – pelatihan yang terkait dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana ini dirasakan masih minim,” ujar Dede.
Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa setiap elemen bangsa dituntut ikut berpartisipasi secara aktif dalam mendukung kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Jadi pelatihan yang diselenggarakan GENPPARI ini bertujuan untuk melatih kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi segala kemungkinan munculnya bencana yang tidak bisa diprediksi jenis dan waktunya.
“Termasuk di objek – objek wisata yang ada di tanah air. Jadi para pengelola objek wisata pun sebaiknya sudah mempertimbangkan konsep pengembangan wisata berbasis mitigasi bencana,” kata Dede.
Sementara itu, objek behasan pada pelatihan kali ini dititikberatkan pada pemahaman bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007, Manajemen Resiko dan Bahaya, Mitigasi Bencana, Penanggulangan Bencana, seperti tanggap darurat, recovery, rehabilitasi, dan rekonstruksi, serta melatih Kesiapsiagaan itu sendiri.
Seperti biasa pelatihan diselenggarakan di Sekretariat RUMPPI jalan Mega Asri I No. 8, Cicendo – Bandung. Informasi lebih lanjut berbagai pelatihan bisa menghubungi ibu Lilis Hidayati di no 0813 1253 5153. “Bahkan di saat yang bersamaan juga diselenggarakan pelatihan Pijat Tradisional Profesional Angkatan ke 8,” demikian Dede, mengatakan mengakhiri percakapan.
Editor : Amran