SumatraTimes.co.id – Lonjakan tagihan listrik pada Mei dan Juni 2020 mendapat protes dari pelanggan PLN.
Banyak yang menilai kenaikan tersebut tidak wajar karena ada yang lebih dari 200 persen.
Dalam Live Update Corona di kumparan pada Jumat (19/6), Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril merespons keluhan-keluhan tersebut.
Bob menegaskan bahwa lonjakan tagihan di tengah pandemi COVID-19 ini bukan berasal dari kenaikan tarif. Tarif listrik PLN tak mengalami perubahan sejak 2017.
Lalu, apa penyebabnya? Berikut 4 hal yang menurut PLN membuat tagihan listrik membengkak:
1. Work From Home (WFH)
Bob Saril menjelaskan, konsumsi listrik rumah tangga meningkat karena masyarakat didorong untuk lebih banyak beraktivitas di rumah selama pandemi. Mulai dari kerja (Work From Home) hingga belajar.
“Rekening Mei itu kan ada puasa dan Lebaran, lebih banyak lagi pemakaiannya. Mulai aktivitas sahur, malam hari juga banyak kegiatan. Kalo tahun-tahun sebelum COVID-19 itu mushola ramai tapi sekarang sepi karena banyak di rumah,” kata dia.
2. Alat Elektronik Usang
Bob menjelaskan, naiknya konsumsi listrik rumah tangga juga bisa dipicu dari penggunaan alat-alat elektronik yang sudah usang. Sebagai contoh, pengunaan AC di rumah yang terus menyala karena WFH, ternyata freonnya sudah habis.
Karena itu, AC tersebut tidak terasa dingin lagi. Pelanggan pun terus menurunkan suhu pada AC yang menyebabkan konsumsi listriknya naik. Menurut dia, sebagai pemilik rumah, pelanggan harus rajin mengecek alat elektroniknya.
“Setelah kita lihat, AC enggak dingin karena habis freon, mau diperbaiki tapi masih lockdown. Sebaiknya jangan dipakai dulu AC-nya. AC berdebu juga banyak mengkonsumsi energi, jadi lebih teliti juga,” lanjutnya.
3. Kebocoran dari Instalasi Listrik
Selain harus rajin mengecek alat elektronik yang digunakan, pelanggan juga harus mengecek instalasi listrik di rumah. Kata Bob Saril, bisa saja instalasi listrik di rumah sudah usang, sehingga aliran listriknya tetap jalan meski tak ada alat elektronik yang menyala. Kerusakan instalasi listrik akan menimbulkan kebocoran sehingga pemakaian jadi boros.
“Sama kayak pelanggan di Malang itu alatnya rusak. Itu instalasi kan seperti kabel-kabel rusak. Itu listriknya menyala lari ke tanah, alat mereka rusak. Pas kita cek, ternyata alatnya rusak, jadi listriknya jalan terus,” kata dia.
4. Akumulasi Pemakaian di Bulan Sebelumnya
Faktor lain yang menyebabkan tagihan melonjak, seperti yang sudah dijelaskan PLN sebelumnya, adalah karena ada tambahan tagihan yang dimasukkan dalam rekening Mei dan Rekening Juni dari pemakaian April dan Mei.
Alasannya, karena pada tagihan rekening April untuk pemakaian Maret, PLN tidak memasukkan tagihan yang sesungguhnya, melainkan menghitung sesuai rata-rata pemakaian tiga bulan sebelumnya yakni mulai Desember hingga Februari.
Alasan digunakannya penggunaan hitung rata-rata tiga bulan sebelumnya karena pencatat meter yang biasa mengecek ke rumah warga setiap bulan dilarang datang akibat kebijakan PSBB. Namun, mulai Mei, petugas pencatat meteran sudah turun ke lapangan lagi.
PLN menegaskan, tak ada manipulasi dari tagihan yang melonjak sebab pelanggan bisa mengecek sendiri di rumah masing-masing.
“Meteran kan ada di pelanggan. Pencatat meter datang sebulan sekali, tapi pelanggan bisa lihat kapan pun. Dikalikan saja. Itulah pemakaian. Jadi kita bisa itung sendiri,” ujar Bob.***
Sumber: kumparan
Editor: amran