Oleh: KH.Bachtiar Ahmad
=====================
Sumatratimes.com.Rokanhilir – Dalam bagian pertama tulisan ini telah dijelaskan, bahwa menurut Syaikhul Islam Ibnul Qayyim Al-Jauziah dalam kitab beliau “Risalatu Fi Amradul Qulubi”; Para pencinta dan pemburu kenikmatan duniawi akan merasakan “siksa dunia” berupa penyakit atau perasaan gelisah berkepanjangan; kelelahan dan keserakahan yang tidak pernah berakhir sampai kematian menjemput dirinya.
Selain itu “Ibnul Qayyim” juga menyatakan, bahwa pahitnya siksa dunia yang dirasakan oleh para pemburu dan pencinta dunia adalah laksana seorang pencinta yang rindu berat dengan kekasih idamannya. Akan tetapi semakin kuat rindu dan ingin berdekatan dengan sang kekasih, maka sang kekasih malah menjauh dan meninggalkan dirinya. Sedangkan di sisi yang lain sang kekasih sesungguhnya adalah seorang yang khianat, yang siap memberikan cintanya kepada siapa saja yang mendambakan cintanya.
Dikatakan juga, bahwa pencinta dunia di-ibaratkan sebagai orang yang berhasil menyunting seorang kekasih yang diidam-idamkan banyak orang. Akan tetapi sebenarnya ia menderita dan tersiksa setelah menyunting dambaannya, karena begitu ia tahu kekasih yang dicintainya juga berbagi cinta dengan orang lain, maka ketika ia ingin melepaskan sang kekasih dari kehidupannya, dirinya merasa berat dan malu untuk menanggung cemoohan orang lain.
Apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim tersebut pastilah tak terelakkan oleh setiap pemburu dan pencinta dunia. Oleh sebab itulah kita wajib berhati-hati dengan kenikmatan dan kesenangan dunia yang kita inginkan. Hendaklah kita selalu ingat, bahwa dunia ini memang kita perlukan, akan tetapi dunia bukanlah tujuan yang hidup kita yang sesungguhnya melainkan akhirat. Dan oleh karena itulah sebagaimana yang dikatakan Syaikh Abdullah Al-Ghazali:
Allah mendahulukan “negeri akhirat” dari “dunia” di dalam Firman-Nya (ayat 77 surah Al-Qashash), maksudnya adalah agar kita tidak lalai dan tertipu oleh dunia yang memang Allah jadikan sebagai salah satu “tipuan” untuk menguji keimanan dan ketakwaan para hamba-Nya, yang hal itu telah Allah jelaskan dengan Firman-Nya:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid: 20)
Dampak lain dari keserakahan mereka terhadap dunia, para pencinta dan pemburu kesenangan duniawi juga akan menjadi kikir dalam hal bersedekah atau meng-infakkan harta mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Hal ini terjadi karena mereka begitu mudah masuk dalam perangkan “setan” yang menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan, jika mereka bersedekah atau ber-infak seperti yang dijelaskan Allah di dalam Kitab-Nya: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S.Al-Baqarah: 268)
Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah, bahwa orang yang serakah dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi menjadi lebih takut akan datangnya “malaikat maut” yang akan memutuskan semua kenikmatan dan kesenangan duniawi yang mereka miliki. Hal ini secara jelas Allah terangkan dengan Firman-Nya: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S.Al-Baqarah: 96)
Adapun perkara lain yang wajib menjadi perhatian dan ingatan kita semua adalah: Pertama, boleh jadi ketika Allah memberikan banyak kenikmatan duniawi, kita tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat nanti sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan Firman-Nya: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” (Q.S. Asy-Syuura: 20)
Kedua, Allah menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah semacam permainan dan senda gurau belaka sebagaimana Firman-Nya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’aam: 32)
Oleh hal-hal yang demikian itulah, maka sudah seharusnyalah kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam berusaha dan mengejar kesenangan duniawi yang kita inginkan. Apalagi sampai melanggar rambu-rambu larangan Allah yang pada akhirnya harta atau kesenangan dunia yang kita peroleh tidak memberi manfaat apa-apa bagi kehidupan akhirat yang akan kita jalani selain dari menjadi beban berat yang akan “siksa akhirat” untuk kita. Wallahua’lam. Bagansiapiapi, 27 Jumadil Akhir 1439 H / 15 Maret 2018.(Tim Redaksi)