ROHIL – Warga masyarakat nelayan Kepenghuluan Sungai Pinang, yang bermukim di sekitar aliran Sungai Pinang, Kecamatan Pujud, meminta kepada pengusaha agar tidak melakukan penimbunan dan atau penggalian lahan pinggir sungai.
Ada lahan di pinggiran Sungai Pinang yang berubah menjadi gundukan pasir, yang saat ini direncanakan akan dilakukan pengerukan pasir dengan menggunakan alat berat. Pengerukan pasir sungai tersebut dikuatirkan akan merusak lingkungan dan ekosistim biota sungai.
“Masyarakat Kepenghuluan Sungai Pinang ini ada sekitar 500 kepala keluarga (KK), sekitar 80 persen, atau 400 KK merupakan nelayan sungai. Kami kuatir kalau sungai rusak, nelayan tidak dapat mencari ikan disebabkan sungai mengalami kerusakan,” kata Makmur, nelayan Sungai Pinang, yang menghubungi media ini melalui telefon, Rabu, 4 Agustus 2019.
Dikatakan Makmur, Sungai Pinang merupakan cabang sungai dari, dan bermuara ke Sungai Rokan. Sedangkan Sungai Rokan bermuara ke Kecamatan Bangko. Sungai Pinang, kata Makmur, terdapat berbagai jenis ikan bernilai ekonomis, seperti ikan baung, ikan selais, patin, dan udang.
“Masyarakat nelayan rata-rata menangkap ikan dengan menggunakan jaring, pancing, dan pancing rawai. Kalau sungai rusak, bagai mana kami nelayan ini mencari ikan. Sebab, sebagain besar nelayan di sini, menggantungkan diri perikanan sungai,” kata Makmur, lagi.
Makmur dan banyak nelayan Sungai Pinang, was-was pengalian pasir sungai akan dilakukan. “Apa lagi alat berat berupam kobelko kemarin kami lihat sudah datang,” ujar Makmur, dengan rasa kuatir.
Datuk Penghulu Sungai Pinang Ramlan, yang dihubungi melalui telefon belum dapat memberikan komentar banyak terkait adanya rencana pengerukan pasir di bantaran Sungai Pinang, Pujud. Namun, Ramlan membenarkan adanya transaksi penjualan tanah di bantaran Sungai Pinang.
“Dulu memang ada kobelko mau turun. Tapi disebabkan terjadi banjir di sungai, tidak jadi dilakukan. Sejak itu, tidak ada lagi kobelko (alat pengeruk) yang didatangkan,” kata Ramlan. (hendri/amran)
Editor: Amran