ROHIL – Pemprov Riau mengelar solat minta hujan, atau Solat Istiska, di halaman Kantor Gubernur Riau Rabu, 11 September 2019. Jamaah solat Istiska memadati lapangan yang biasa dipergunakan buat melaksanakan upacara, dan berbagai kegiatan Pemprov Riau.
Wakil Gubernur (Wagubri) Riau H Edy Natar Nastuion, yang mewakili Gubernur Riau H Syamsuar, pada pelaksanaan salat istiska, dua rakaat tersebut, mengatakan solat ini bertujuan meminta hujan kepada Allah SWT.
Dengan hujan yang turun tersebut, kata Wagubri, diharapkan dapat meredakan kebakaran hutan dan lahan, serta menghilangkan kabut asap. Apalagi kata Wagubri, kabut asap makin tebal disebabkan karhutla yang makin parah.
“Semoga saja dengan salat, doa kami ini didengar Allah SWT, dan Provinsi Riau terbebas dari asap karhutla,” kata Wakil Gubernur Riau (Wagubri) H Edy Afrizal Natar Nasution, sebagai mana diberitakan medcom.id, dan antara.com.
Imam Sholat Istisqa Ketua MUI Riau Nazir Karim, dan khatib Ustadz Saidul Amin. Juga ikut solat istiska, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Riau Uung Abdul Syakur, Danrem 031/WB Brigjen TNI Muhammad Fadjar, pejabat eselon di lingkungan Pemprov Riau, TNI/Polri.
Wagubri H Edy Natar Nasution menyebut salat ini digelar melihat kondisi Provinsi Riau saat ini sangat memprihatinkan. Kabut asap, kata Wagubri, sudah masuk level ISPU yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
“Kita juga sudah mengintruksikan kepada seluruh Pemda Kabupaten dan Pemerintah Kota di Riau, untuk melaksanakan Solat istiska, dengan demikan semoga hujan segera diturunkan oleh Allah SWT, dan kabut asap di Provinsi Riau segera menghilang. Amin,” tutur Wagubri.
Sementara itu di Kecamatan Bangko, dan Kota Bagansiapiapi, kabut asap juga semakin tebal, Rabu, 11 September 2019, meski jarak pandang di atas 500 meter. Asap terbang bersamaan dengan partikel abu bekas pembakaran, berwarna keabu-abuan. Asap bersama pertikel abu tersebut, berasal dari pembakaran lahan yang akan dipergunakan buat pertanian padi.
Lahan-lahan pertanian padi, sebagian sudah ditanami dengan bibit padi, dan sebagian lagi belum ditanami, serta lahan masih terlihat berwarna kehitam-hitaman akibat dibakar. Memasuki musim tanam padi dengan pola tadah hujan menyebabkan masyarakat petani ikut membersihkan lahan pertanian dengan cara dibakar.
Editor: Amran