SumatraTimes.co.id – Berdirinya bangunan SMPN 6 Kintap Kecil, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanahlaut, Provinsi Kalimantan Selatan, menuai pujian orang nomor satu di Kabupaten Tanahlaut.
H Sukamta, Bupati Tanahlaut, yang meresmikan bangunan beton tersebut mengaku bangga dengan gedung sekolah yang dibangun dengan swakelola oleh masyarakat dengan dana DAK.
“Ini bisa dijadikan contoh bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Tala, bahwa ketika diamanahi oleh pemerintah untuk membangun secara swakelola, dilaksanakan sendiri, kualitasnya malah lebih baik ketimbang dilelang,” ujarnya kepada Banjarmasinpost.co.id, Jumat (6/3/2020).
Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana masyarakat mampu bertanggung jawab dalam membangun UPTD SMPN 6 Kintap Kecil.
Bangunan gedung SMPN 6 Kintap Kecil memang dibangun oleh masyarakat sekitar. Masyarakat membangun kepanitiaan untuk bersama membangun sekolah.
Diamanahi waktu membangun lebih dari enam bulan, namun warga bisa membuktikan bangunan bisa terbangun dalam waktu lima bulan.
“Ini pertama kali saya meresmikan sebuah bangunan yang dikerjakan sendiri oleh masyarakat,” tutur Sukamta.
Ia berharap dengan adanya bangunan SMP di Desa Kintap Kecil tak ada lagi anak-anak di Desa Kintap Kecil yang putus sekolah.
Seperti diketahui warga Desa Kintap kecil tak memiliki SMP. Jika ingin melanjutkan sekolah ke SMP pelajar harus menempuh jarak sekitar empat kilometer ke SMPN 1 Kintap. Sedangkan jika ke SMPN 2 Kintap akan lebih jauh lagi.
Sebelum berdiri gedung sekolah SMPN 6 Kintap Kecil, pelajar SMPN Kintap kecil ditampung di SDN 2 Kintap Kecil yang berada disebelahnya. Kini usai bangunan sekolah siap, pelajar yang masih duduk di kelas satu pun dipindahkan ke gedung baru.
Plt Kadin Dikbud Kabupaten Tanahlaut, Jamaluddin mengatakan memang pembangunan sekolah secara swakelola dibangun oleh masyarakat kualitasnya lebih baik dibandingkan lelang.
Kabupaten Tanahlaut sendiri ujarnya sudah dua kali mengadakan pembangunan gedung sekolah secara swakelola dibangun oleh masyarakat. “Yang pertama di SMPN Bumi Jaya,” sebutnya.
Pasalnya saat pengerjaan masyarakat benar-benar bertanggungjawab dan ikhlas demi mendukung pendidikan di daerahnya. Bahkan ongkos tukang biayanya digratiskan oleh masyarakat.
Dengan dana seadanya jelas Jamal, warga juga bisa membuat anggaran yang biasanya dibangun hanya untuk satu ruangan bisa dibuat menjadi dua ruangan kelas.
“Kita akui memang sekolah atau kelas yang dibangun dari swakelola oleh masyarakat kualitasnya jauh lebih baik dibanding lelang, karena masyarakat tentu tidak memikirkan untung atau laba dari pembangunan itu,” jelasnya. (sumber: banjarmasinpost.co.id)
Editor: Amran