SumatraTimes.co.id – Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Turki Muhammad Farhan mendorong penguatan kerja sama Indonesia-Turki guna meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Menurutnya, pada masa pandemi Covid-19 selayaknya tidak menghentikan langkah diplomasi dan kerja parlemen. Sebaliknya, di situasi tak menentu seperti saat ini, kerja sama antar negara semakin dibutuhkan.
Demikian disampaikan Farhan usai menerima Duta Besar Turki untuk Indonesia Prof. Dr. Mahmut Erol Kilic di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2020). Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Anggota BKSAP DPR RI Zulfikar Hamonangan dan Direktur Eropa 3 Kementerian Luar Negeri Masni Eriza.
Farhan menuturkan, dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak menegaskan kembali dukungan untuk penguatan kerja sama antara kedua negara, diantaranya kerja sama pertahanan, perdagangan, dan pendidikan.
“Yang pasti kita harus berfokus pada kerja sama yang akan meningkatkan nilai industri pertahanan dalam negeri,” ujar politisi F-NasDem ini.
Menurut Farhan, Indonesia-Turki sudah memiliki Memorandum of Understanding (MoU) tentang Kerja Sama Industri Pertahanan sejak 2010, diantaranya pengadaan alutsista. Keduanya sudah berhasil mengembangkan tank Harimau (Medium Weight Tank), yang merupakan kerja sama antara PT. Pindad dengan FNSS Turki.
Kendati demikian, terkait kerja sama militer, Farhan menuturkan akan memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Pemerintah.
“Kerja sama militer, kita sama-sama secure bahwa kerja sama militer Indonesia-Turki hanya melalui satu pintu, yaitu melalui masing – masing Kementerian Pertahanan. Buat saya, yang bertugas di Komisi I, ini jadi lebih mudah karena kita tahu bahwa hanya cukup satu jalur yang kita awasi,” jelas Farhan.
Sementara itu, terkait skema kemitraan perdagangan komprehensif IT-CEPA, baik Turki maupun Indonesia, keduanya berharap pembahasan tersebut dapat segera diselesaikan dan diajukan ke Parlemen untuk diratifikasi.
“Indonesia-Turki CEPA ini kita harapkan dapat segera terwujud untuk membantu persaingan kita dengan negara-negara lain,” kata Farhan lebih lanjut.
Dikatakannya, implementasi IT-CEPA dapat menjadi solusi tarif yang merupakan salah satu bottleneck peningkatan nilai perdagangan antara kedua negara. Ke depan, GKSB juga akan mendorong peningkatan jumlah pelajar Indonesia di Turki. Mengingat, jumlah pelajar Indonesia di Turki baru ada 1.600 orang.
Jumlah tersebut masih sedikit jika dibandingkan jumlah mahasiswa Indonesia di negara lain. Padahal, Turki sebagai negara industrialisasi sudah cukup maju dan layak diperhitungkan.***
Sumber: dpr.go.id
Editor: amran