SumatraTimes.co.id – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendapatkan foto jenazah 6 Laskar Front Pembela Islam (FPI) ketika belum diautopsi oleh dokter Polri.
Menurut Komnas HAM, kondisi jenazah sebelum diautopsi ini sangat penting untuk mengidentifikasi peristiwa kematian korban.
“Kami ditunjukkan foto pertama kali sebelum tindakan dan itu adalah posisi paling penting, sehingga memang ya itu menunjukkan orisinalitas,” kata Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam usai menggali keterangan dokter Polri di Jakarta pada Kamis.
Anam telah melihat jumlah lubang peluru yang membekas di tubuh para korban.
Namun Anam mengaku tidak bisa menyampaikannya pada publik karena data-data yang ada harus dikonsolidasikan terlebih dahulu.
“Kan datanya ini tidak dari satu pihak,” ucap dia.
Sebelumnya, tak disangka, kasus meninggalnya 6 Laskar FPI di Jalan Tol Jakarta-Cikampek mengundang perhatian pihak negara asing.
Baru-baru ini pihak FPI mengklaim mendapat tamu yang disebutnya dari Kedutaan Jerman. Meski berlangsung singkat, pihak Kedubes Jerman, terang Aziz, berniat kembali melakukan pertemuan dengan FPI.
“Mereka berjanji akan mengunjungi DPP FPI kembali,” tutur Aziz.
Sementara itu, ahli hukum tata negara dan pengamat politik Indonesia, Refly Harun, turut menanggapi kedatangan Kedubes Jerman ke Sekretariat DPP FPI.
Refly Harun mengaku prihatin dan sedih melihat hal tersebut.
Pengacara Front Pembela Islam (FPI) Aziz Yanuar membenarkan, atas kedatangan perwakilan Kedutaan Besar (Kedubes) Jerman ke kantor Sekretariat FPI di Petamburan, Jakarta Pusat.
Kehadiran Kedubes Jerman ke Petamburan untuk menyampaikan rasa duka mendalam atas tewasnya enam laskar di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 Karawang, Jawa Barat.
“Mereka menyampaikan rasa simpati dan empati buat FPI dan Imam Besar Habib Rizieq Shihab,” ujar Aziz kepada Anadolu Agency pada Sabtu 19 Desember 2020.
Kedatangan utusan pemerintah Jerman, kata Aziz, juga dalam rangka silaturahmi dengan pengurus FPI dan menyampaikan pesan perdamaian.
“Mereka ingin tahu FPI secara langsung,” kata Aziz yang juga pengacara Habib Rizieq Shihab (HRS).
Pertemuan antara FPI dan perwakilan otoritas Jerman itu berlangsung sekitar 30 menit, pada Kamis lalu. Ia menilai, pihak luar yang lebih menaruh perhatian dengan tragedi tewasnya 6 anggota Laskar FPI, dibanding dengan bangsa Indonesia sendiri.
“Saya malah mendengarnya prihatin, sedih ya. Bagaimana justru orang luar yang lebih perhatian dengan tragedi ini ketimbang bangsa kita sendiri,” kata Refly dalam video yang diunggah di kanal YouTube miliknya pada 20 Desember 2020, sebagaimana dikutip PotensiBisnis.com dari PRDepok.
Refly Harun memiliki alasan dari pernyataannya tersebut. Dia mengungkapkan bahwa sejauh ini, tidak ada satupun ucapan bela sungkawa untuk tragedi tersebut yang datang dari Pemerintah Indonesia.
“Karena sejauh ini tidak ada satupun ucapan bela sungkawa. Misalnya, katakanlah dari Presiden Jokowi. Bahkan Presiden Jokowi mengatakan, justru mengambil angle agar jangan mengganggu petugas”
“Seolah kematian 6 Laskar FPI itu tidak terlalu penting. Dibandingkan soal petugas atau aparat hukum yang dikatakan diserang atau diganggu pekerjaannya. Ini sangat memprihatinkan,” tutur Refly Harun.
Refly juga menyinggung Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, yang juga tidak memberikan ucapan belasungkawa.
Padahal, menurut Refly, Ma’ruf Amin memiliki ikatan politis dengan FPI, yakni saat aksi demo 212 dan 411 karena saat itu ia tengah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Tidak juga wakil presiden, yang notabene berasal dari satu kelompok ketika ada demo 212 dan 411. Kita tahu waktu itu wakil presiden adalah Ketua MUI, dan MUI waktu itu mengeluarkan fatwa, sehingga muncul GNPF Ulama,” kata Refly.
“Dan FPI adalah tulang punggung dalam aksi unjuk rasa 212 dan 411, yang pada waktu itu memang lebih ditujukan untuk protes terhadap Gubernur DKI (saat itu) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)”
“Bahkan Ma’ruf Amin sendiri yang waktu itu jadi ahli di persidangan, ahli yang memberatkan waktu itu. Sampai akhirnya peta politik berubah, dan kemudian ketua MUI jadi wakil presiden,” ujarnya.
Refly pun menyinggung bahwa dengan kedatangan pihak Kedubes Jerman ke Sekretariat DPP FPI tersebut, yang menunjukkan bahwa Kedubes Jerman tidak takut untuk dianggap pendukung FPI, yang selama ini dicap sebagai kelompok ekstrimis.
“Ini menunjukkan bahwa orang lain lebih peduli. Kedubes Jerman tidak khawatir, tidak takut dicap bahwa mereka mendukung kelompok ekstrimis atau fundamentalis,” tutur Refly.***
Sumber: Potensi Bisnis
Editor: amran