ROHIL – Di Tanah Putih Tanjung Melawan, Rokan Hilir (Rohil), terdapat makam yang berusia hampir seratus tahun. Yakni makam Tuan Guru Syekh Zainuddin. Ia ulama besar pengembang tarikat Naqshabandiyah di Tanah Putih.
Hidupnya kurang lebih sezaman dengan Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan (Tuan Guru Basilam), dan Tuan Guru Syekh Abdurahman Sidik, mufti Kerajaan Indragiri. Tuan Guru Syekh Zainuddin semakin dekat kekerabatannya setelah anaknya, Maryam, menikah dengan Tuan Guru Besilam.
Tuan Guru Syekh Zainuddin juga belajar tarikat di Jabal Abi Qubis Mekah. Kemudian beramal (dakwah) sendiri. Doa-doanya sering makbul. Sehingga beliau tidak hanya dikenal, berwibawa, dan dihormati di kampung-kampung sekitar Tanah Putih, tapi juga ke hilir dan ke hulu Sungai Rokan, sampai ke Pasir Pengarayan.
Makam Tuan Guru Syekh Zainuddin, bersebelahan dengan Masjid Raya An-Nur, Tanah Putih Tanjung Melawan. Di makam tersebut terdapat tempayan (tempat penampung air). Masyarakat setempat menyebutnya take. Air yang diambil dari dalam take itu dipercaya dapat menyambuhkan berbagai penyakit.
Jika diurai jejak panjang napak tilas para pengembang Agama Islam di Rohil, niscaya nama Tuan Guru Syekh Zainuddin, atau Tuan Guru Syekh Zainuddin Rokan, selalu disebut.
Karomah yang pernah terjadi pada masa hidupnya pun melekat sebagai buah bibir abadi. Namun menggali sejarahnya dalam waktu singkat bukanlah perkara yang mudah. Sangat sedikit atau bisa dikatakan tidak ada sama sekali berkas, berupa literatur yang dapat diketengahkan.
Cucu dan cicitnya tersebar di mana-mana. Para ahli warisnya pun tak memiliki atau membuat catatan factual, yang sepertinya memang bukan menjadi budaya penting pada waktu itu. Disisi lain, dorongan dari Pemda akan upaya-upaya positif praktis pendokumentasian sosok ulama besar ini nihil.
Bantuan Pemda yang datang lebih berorientasi pada pemberian material mau pun dana, yang tentu saja sifatnya instan dan tidak berkelanjutan. Luputnya perhatian pada aspek dokumentasi data ini membuat keterangan yang didapati hanya berupa tutur lisan belaka.
Sehingga akurasinya layak dipertanyakan, di samping rentan mengalami gejala penggerusan dan pengelembungan di sana sini. Akibatnya, sejarah nyata yang demikian megah tentang sosok Tuan Guru Syekh Zainuddin Rokan, membias sebagai mitologi belaka.
Makam Tuan Guru Syekh Zainuddi, dijaga oleh para kerabat. Diantaranya Pak Amat (52), dan Pak Syahlan (47). Keduanya masih memiliki pertalian darah dengan Tuan Guru Syek Zainudin. Dari Pak Amat, dan Pak Syahlan, diperoleh berbagai cerita tentang karomah dan profil sekilas almarhum Tuan Guru Syekh.
Syekh Zainuddin, tuturnya memiliki nama kecil Julad. Lahir di Hulu Rokan (Rokan Hulu) di daerah Tambusai. Tanggal kelahirannya belum diketahui. Sebagian besar masa hidup Tuan Guru Syekh Zainuddin, dilalui di Hilir Rokan, atau Rokan Hilir sekarang, sampai akhir hayatnya pada 1353 H atau sekitar tahun 1932.
Tuan Guru Syekh Zainuddin, bukan penyebar Agama Islam. Sebab pada masa itu Agama Islam sudah dianut mayoritas masyarakat Rokan. Namun, peran dan ketokohan Tuan Guru Syekh Zainudin dari sejak kecil, tidak terlepas dari kegigihan sikapnya dalam menerapkan nilai agama, sekaligus melakukannya secara nyata dalam kehidupan.
Jasa-jasa Tuan Guru Syekh Zainuddin dalam menyebarkan tarekat naksabandiyah senantiasa harum dalam ingatan masyarakat, dan menjadi ucapan yang diwariskan dari generasi ke generasi, khususnya di Kecamatan Tanah Putih, Tanjung Melawan, sampai sekarang.
Sampai saat ini makam Tuan Guru Syekh Zainuddin, masih ramai diziarahi penziarah dari berbagai penjuru, terutama pada hari Jum’at dan pada hari-hari besar Agama Islam. (sarbaini)
Editor: ST2