Sumatratimes.com – Guru Besar Psikiatri UI, Prof. Dr. Dadang Hawari, menyebutkan bahwa dunia kedokteran sangat jarang menggunakan shabu-shabu dalam terapinya. Di apotik, benda tersebut berbentuk cair dan tablet (ekstasi). Oleh mafia narkoba, cairan methamphetamin tersebut dikemas dalam bentuk kristal seperti gula batu atau tawas.
”Kristal shabu ini dipecah terlebih dahulu sebelum digunakan. Benda itu diisap dengan menggunakan peralatan khusus seperti alat hisap (bong), trek gulungan kertas aluminium dipanasi lewat kompor kecil dengan nyala api sangat kecil,” ujar Prof.Dr. Dadang Hawari
Asap shabu-shabu setelah diisap secara otomatis akan dapat membuat mata menjadi lebih terang, jantung berdebar lebih kencang, badan terus ingin bergerak dan mulut aktif berbicara serta rasa percaya diri pengguna akan bertambah.
Namun, di lain pihak methamphetamin itu secara psikogis dan psikiatris sangat merusak jiwa pemakainya. Pengguna akan sangat sensitif, menjadi paranoid, mudah tersinggung dan mengalami bayang-bayang trauma masa lampau yang buruk. Ia akan mudah marah, menangis, menjerit dan kejang-kejang karena pembuluh darah ke otak mengalami penyempitan sementara kadar adrenalin terus meningkat.
Setelah dikonsumsi, asap shabu-shabu itu melekat di otak. Di dalam otak, asap diubah menjadi zat adiktif dan melekat di tempat tertentu di jaringan saraf otak sebagai reseptor atau penerima opiat.
Otak terdiri dari banyak bagian yang mempunyai fungsi masing-masing. Suatu bagian otak dikenal dengan sistem reward atau sistem imbalan. Sistem ini terdiri dari ventral tegmental area, inti akumbens dan korteks prefrontal. Bagian-bagian tersebut dihubungkan dengan serabut saraf.
Sistem reward untuk menumbuhkan rasa nikmat setelah melakukan kegiatan alamiah, misalnya makan, minum, hubungan seks dan berinteraksi. Bila kebutuhan ini terpenuhi maka suatu impuls dikirim ke sistem reward, sistem tersebut akan melepaskan suatu subtansi kimia yang disebut dengan endorphin, yang menciptakan suatu perasaan nikmat atau puas.
Karena asap shabu-shabu melekat pada sistem reward, maka kadar subtansi kimia yang disebut dopamine meningkat. Hal ini menimbulkan berbagai sensasi atau rasa yang mirip dengan peningkatan kadar endorphin.
Hal ini dirasakan sebagai rasa hangat di badan, nikmat atau rush yang mirip dengan orgasme seksual.
”Setelah menghisap shabu akan timbul euphoria dalam diri pemakai. Biasanya pengguna kehilangan nafsu makan. Yang diinginkan hanya air karena keringat keluar terus akibat suhu badan naik,” papar dia.
Pengguna shabu-shabu biasanya memiliki postur tubuh kurus karena tidak mengonsumsi makanan atau tidak ada energi yang masuk ke dalam tubuh. Dalam jangka panjang, berat badan naik turun tidak teratur dan daya tahan kekebalan tubuh terhadap penyakit menurun. Penyakit mudah menjangkiti pengguna setelah jangka waktu tertetu. Misalnya hepatitis B dan kerusakan hati, hepatitis C dan kerusakan hati, luka pembuluh darah, infeksi lapisan jantung dan otot jantung, infeksi paru, ginjal dan infeksi tulang atau nadi.
Kerusakan Akibat Sabu
Efek Jangka Pendek
- Kehilangan nafsu makan
- Peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan suhu tubuh
- Pupil mata yang membesar
- Pola tidur yang terganggu
- Rasa mual
- Bersikap aneh, tidak terduga, terkadang bertindak keras atau kejam
- Halusinasi, gembira yang berlebihan, sifat lekas marah
- Panik dan psikosis
- Dosis yang berlebihan dapat berakibat kejang-kejang dan kematian
Efek Jangka Panjang
- Kerusakan permanen pada pembuluh darah di jantung dan di otak, tekanan darah tinggi, berakibat serangan jantung, stroke dan kematian
- Kerusakan pada lever (hati), ginjal dan paru-paru
- Kerusakan jaringan dalam hidung, bila dihirup
- Masalah pernapasan bila dihisap seperti rokok
- Penyakit-penyakit menular dan peradangan, bila disuntikkan
- Kekurangan gizi, kehilangan berat badan
- Kerusakan gigi yang parah
- Disorientasi, apatis, kebingungan dan kelelahan
- Ketergantungan psikologis yang besar
- Psikosis
- Depresi
- Kerusakan otak mirip penyakit Alzheimer, stroke dan epilepsi
Awas dan berfikirlah !!! “Sekitar 92 persen pemakai shabu, masih kembali mengkonsumsi narkoba setelah perawatan” |
|
Melihat dampak tersebut shabu-shabu dapat dikatakan sebagai “Sorga Berujung Neraka”. [Tim Redaksi Sumatratimes.com. Dari berbagai sumber]